Review Film Laskar Pelangi


Setting laskar pelangi di mulai dari perjalan "mudik" seorang Ikal (nama pemeran utama) yang teringat masa kecilnya, perjuangan dari anak kampung, perjuangan dari sebuah mimpi dan keinginan, perjuangan yang di awali dengan angka 10 (sepuluh). Angka 10 sangat berarti bagi Ikal, karena dengan angka 10 cerita ini berawal.


Laskar pelangi sebuah film karya Riri Reza diangkat dari novel laris karya Andrea Hirata yang lagi booming saat ini. Dari pertama muncul baru 3 bulan setelahnya bisa nonton di Studio 21 Surabaya meskipun harus ikut jam yang paling akhir (21.45 wib) tidak mengurangi jumlah penonton yang sebagian besar adalah orang tua dan anak2nya.

Setting laskar pelangi di mulai dari perjalan "mudik" seorang Ikal (nama pemeran utama) yang teringat masa kecilnya, perjuangan dari anak kampung, perjuangan dari sebuah mimpi dan keinginan, perjuangan yang di awali dengan angka 10 (sepuluh). Angka 10 sangat berarti bagi Ikal, karena dengan angka 10 cerita ini berawal.

Singkatnya dari sepuluh anak ini lah, kita bisa belajar bagaimana mensyukuri hidup dengan segala keterbatasan, untuk selalu terus berjuang membentuk mimpi menjadi kenyataan, tidak ada kata berputus asa.
Bagaimana mereka menikmati bersekolah meskipun selama 5 tahun tidak ada calon adik kelas yang mau mendaftar di sekolah ini.
Bagaimana mereka terus bercerita tentang kebesaran sebuah negeri hanya dengan melihat selembar koran bokas dan menujuk peta dunia yang telah robek robek.
Bagaimana mereka harus bersandingan dengan kambing dikelas saat hujan datang, meskipun beberapa titik bocor muncul di genteng sekolah.

Bagaimana Ikal (dengan teman2nya) harus bersekolah di sebuah SD Muhammadiyah yang reyot dan siap di hancurkan oleh pemerintah kota jika tidak ada murid minimal 10 org. Meskipun lingkungan sekitar mengolok dan meremehkan. Meskipun budaya telah membentuk keterbiasaan seorang anak lelaki miskin di belitung pasti akan menjadi buruh pabrik timah.

Bagaimana Lintang (nama pemeran) seorang anak hitam legam, terlahir menjadi anak tertua dari keluarga nelayan miskin di daerah pinggiran harus menempuh jarak 30km tiap harinya dengan sepeda untuk bisa bersekolah, untuk menjadi murid pertama di SD Muhammadiyah Gantong dia harus ikhlas ditemani seekor buaya yang selalu lewat di tengah jalan sehingga membuatnya untuk selalu menunggu sebentar. Dengan segala keterbatasan ekonomi Tuhan menganugrahi dia kemampuan dapat menghitung cepat diluar kepala dan tingkat hapalan pengetahuan umum yang mengagumkan. Denganya SD Muhamadiyah Gantong memiliki Kartu AS untuk memenangkan Lomba Cerdas Cermat demi sebuah Piala Ke-2.

Bagaimana Mahar (nama pemeran) yang berjiwa seni selalu setia dengan radio tua yang menggelantung di leher, dan dengan setia selalu menjemur baterry yang telah lemah di atas genteng demi mendengarkan sebuah musik Jazz atau musik Dangdut dari Rhoma Irama. Dengan luasnya jiwa, Mahar dapat merasakan hembusan padang rumput menjadi sebuah ide untuk memenangkan piala pertama SD Muhammadiyah Gantong pada lomba karnaval, sekali lagi dengan keterbatas materi.

Bagaimana Harun (nama pemeran) seorang anak idiot yang bertubuh paling besar tapi berotak paling kecil menjadi pahlawan bagi mereka semua, karenanya SD Muhammadiyah Gantong dapat melanjutkan pelajaran karena telah memiliki murid ke-10.

Dan masih banyak tokoh lain yang bisa memberikan ilham bagi kita semua. Kesabaran dan keteguhan hati Ibu Guru Muslimah, bijaksananya Kepala Sekolah yang biasa di sebut Pak Cik.
Tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya meskipun gaji sudah terlambat 3 bulan, dan masih banyak lagi tokoh tokoh hebat di film ini.

Ingin rasanya penulis bercerita lebih, tapi seakan tidak akan ada habisnya jika film ini di ulas.
InsyaAllah anak2 Talango akan dapat menonton film ini, meskipun hanya melalui screen 2x3m.
dengan begitu, dapat dilihat bahwa keterbatasan adalah sebuah tantangan untuk menjadi lebih baik. Untuk menyulam mimpi menjadi kenyataan yang hangat. Untuk mewarnai langit dengan indahnya pelangi.

Ps: seluruh foto diunduh dari situs resmi laskar pelangi
(review ini juga bisa di baca di www.lihattalango.blogspot.com)


"Jangan mengiklankan merek Anda, tapi hidupkan" - Phillip Kotler

2 comments:

Anonymous said...

wah.. saya belum nonton ini.. hehehe

deterjen laundry said...

usaha laundry , bisnis laundry , deterjen laundry , waralaba laundry , franchise laundry , softener laundry , pewangi laundry