Copywriter
Professions Wed, 01 Mar 2006 14:08:00 WIB
Bila mendengar kata "copywriter", kebanyakan orang biasanya langsung mengaitkannya pada orang-orang kreatif yang bekerja di biro-biro iklan. Padahal sebutan copywriter juga bisa disangkutkan pada mereka yang bekerja di media cetak, merupakan tokoh yang berdiri di balik sebuah advertorial yang biasa Anda simak di surat-surat kabar dan majalah. Pada edisi perdana fitur baru Profession kali ini, kami ajak Anda untuk menyelami aktivitas seorang copywriter yang bekerja di media cetak, yang biasanya dikenal dengan karya-karya advertorial-nya.
Sekarang, apa sih advertorial itu? Seperti namanya, advertorial merupakan advertising editorial, merupakan iklan (advertising) yang dikemas dalam bentuk selain iklan display yang biasa kita lihat di berbagai media. Biasanya advertorial tidak mudah dikenali sebagai iklan karena dikemas dalam berbagai format. Contohnya saja dalam format artikel, feature, kuis, tips dan lain-lain. Dalam media anak-anak (misalnya Bobo), advertorial bisa muncul dalam bentuk cergam, komik dan permainan (games).
Tapi tampaknya sudah terdapat etika cukup saklek dalam ber-advertorial di media massa, yaitu judul "Advertorial" yang biasanya dicantumkan di bagian kiri atau kanan advertorial.Lalu, bagaimana sih job description seorang copywriter dalam proses mencipta advertorial? Dari proses kreatif mereka mencari ide sampai tampil di media cetak? Karena proses pembuatan advertorial merupakan bagian kecil dari kampanye sebuah produk (baca: iklan), jadi hubungan kerja copywriter erat kaitannya dengan perusahaan yang mengeluarkan produk (klien) dan biro iklan yang mewakili kepentingan klien yang bersangkutan.
1. Copywriter menerima job dari klien, yang diwakili oleh sebuah biro iklan, yang biasanya sudah merupakan rekanan dari perusahaan tempat si copywriter bekerja. Untuk selanjutnya, hubungan antara copywriter dan klien tersebut, dapat diwakili oleh biro iklan tersebut. Tetapi tidak mustahil apabila klien memilih untuk dapat langsung berhubungan dengan sang copywriter.
2. Konsep advertorial didiskusikan oleh copywriter dan pihak biro iklan dan disusun dalam sebuah brief. Brief ini biasanya mengandung hal-hal yang berkaitan dengan advertorial produk yang akan dibuat: bentuk/ format, angle, hal-hal apa yang akan ditonjolkan dan rencana grafis. Karena dalam beberapa advertorial, konsep yang tersusun dalam brainstorming tersebut kerap berhubungan dengan grafis, biasanya copywriter juga akan disertai oleh seorang desainer grafis atau ilustrator. Tentunya hal ini tergantung dari ide apa yang hendak dilontarkan copywriter dalam meeting tersebut.
3. Begitu brief sudah tersusun, copywriter sudah bisa bergerak untuk melakukan proses mencipta. Proses mencipta ini, tentu saja dibatasi oleh deadline yang biasanya berkisar antara 2 minggu. Waktu 2 minggu itu sudah termasuk proses approval oleh klien, yang biasanya juga dibatasi dalam 2 kali approval. Bila selama waktu yang telah ditentukan, klien belum memberi approve juga, tentunya hal ini bisa diatasi dalam "cara kekeluargaan".
Jenis-jenis Advertorial Untuk memperluas cakrawala Anda mengenai ruang lingkup profesi seorang copywriter media cetak ini, berikut terdapat beberapa jenis advertorial yang disusun dalam berbagai format:
1. Format artikel. Format ini biasa Anda dapatkan di surat-surat kabar, dari KOMPAS, Republika, Media Indonesia dan Suara Pembaruan. Format ini juga bisa ditemukan di majalah-majalah politik atau wanita.
2. Tips. Format advertorial seperti ini biasanya mudah ditemukan di majalah-majalah remaja, seperti Hai dan Gadis. Contoh: tips mengatasi jerawat, yang biasanya di akhir tulisan disertai dengan menyebutkan produk yang diadvertorialkan.
3. Kuis. Hal ini bisa dilaksanakan berkat kerjasama dengan klien yang bersangkutan.
4. Cerita bergambar, komik dan permainan. Biasa ditemukan pada majalah-majalah anak-anak. Contoh paling mudah ditemukan adalah majalah Bobo. Bekal Menjadi CopywriterJadi, apakah Anda tertarik mencoba peruntungan menjadi copywriter?
Setidaknya ada beberapa bekal yang Anda harus siapkan untuk menjadi copywriter yang ideal. 1. Kemampuan menulis. Hal ini sudah tentu tidak bisa ditawar lagi. Hal ini tidak berarti Anda harus merupakan lulusan Jurnalistik atau Fakultas Komunikasi, ataupun berlatar belakang periklanan. Yang penting, Anda memiliki kemampuan menulis. Jangan khawatir, jaman sekarang, kemampuan menulis bisa ditumbuhkembangkan, yang penting Anda punya keinginan.
2. Kreatif. Sama seperti copywriter biro iklan, seorang copywriter tentunya diharapkan memiliki ide-ide kreatif untuk menciptakan advertorial yang lain dari yang lain. Ide untuk menciptkan kuis-kuis menarik, tips-tips ringan yang bisa disangkutpautkan dengan produk yang akan diadvertorialkan. Pendeknya adalah mencari tema dan konsep advertorial yang cocok dan catchy untuk produk yang akan ditampilkan.
3. Memiliki keinginan mempelajari hal-hal baru. Seorang copywriter, biasanya selalu dihadapkan pada hal-hal baru. Contohnya begini. Seorang copywriter yang sudah biasa menulis untuk media anak, tiba-tiba diberi tugas untuk membuat advertorial untuk media remaja. Nah lho? Tentu saja mereka harus selalu dibekali oleh kemampuan mencari informasi tentang hal-hal baru dengan waktu seefisien mungkin. Anda yang tidak punya pengetahuan sama sekali mengenai sebuah alat musik bernama gitar, tiba-tiba ketiban job untuk membuat advertorial tentang produk gitar merk terbaru. Tapi tidak usah khawatir, karena internet merupakan sumber pencari nomor satu yang selalu bisa Anda jajaki.
4. Ada waktunya Anda, sebagai seorang copyriter, dituntut juga untuk turun ke lapangan alias melakukan wawancara. Tapi wawancara di sini tentu saja konteksnya beda dengan wawancara yang bisa dilakukan oleh para kuli disket. Wawancara untuk seorang copywriter biasanya sudah ditentukan waktunya. Contohnya begini: sebuah advertorial mengenai produk make up terbaru, dimana klien menginginkan dalam advertorial tersebut dimuat pengakuan seorang aktris pendatang baru yang "cerita"nya telah mencoba produk tersebut. (Put)
"Jangan mengiklankan merek Anda, tapi hidupkan" - Phillip Kotler
Need Copywriter A.S.A.P !!!
Account Executive "APANYA" Accounting ???
Account Executive
Professions Wed, 01 Mar 2006 14:08:00 WIB
Semua orang sudah tahu kalau idealnya, memilih profesi didasarkan pada kecintaan dan keahlian terhadap profesi yang mereka tekuni. Untuk seorang Account Executive (AE), kecintaan ini idealnya juga dilengkapi dengan kemampuan menulis, pengetahuan mengenai membawa diri dalam pergaulan luas dan isi kepala yang penuh dengan ide kreatif. Kenapa kemampuan menulis penting untuk profesi yang mirip dengan tenaga pemasaran (marketing) ini? "Karena dalam perusahaan tertentu, seorang AE dituntut untuk mampu membuat tulisan advertorial, proposal yang akan ditawarkan pada klien dan melakukan pekerjaan re-write," ujar Erika Oktaviani, Account Supervisor Kompas.
Professions Wed, 01 Mar 2006 14:08:00 WIB
Semua orang sudah tahu kalau idealnya, memilih profesi didasarkan pada kecintaan dan keahlian terhadap profesi yang mereka tekuni. Untuk seorang Account Executive (AE), kecintaan ini idealnya juga dilengkapi dengan kemampuan menulis, pengetahuan mengenai membawa diri dalam pergaulan luas dan isi kepala yang penuh dengan ide kreatif. Kenapa kemampuan menulis penting untuk profesi yang mirip dengan tenaga pemasaran (marketing) ini? "Karena dalam perusahaan tertentu, seorang AE dituntut untuk mampu membuat tulisan advertorial, proposal yang akan ditawarkan pada klien dan melakukan pekerjaan re-write," ujar Erika Oktaviani, Account Supervisor Kompas.
Pada dasarnya, job description pekerjaan AE ini adalah menawarkan produk kepada sejumlah klien yang dianggap membutuhkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tempat sang AE bekerja. Produk yang ditawarkan bisa berupa produk atau jasa, dan klien yang dimaksud di sini bisa berupa perusahaan atau agensi. Dalam perusahaan tempat Erika bekerja, yang ditawarkan adalah sejumlah bentuk kesempatan beriklan yang dirancang dengan format dan gaya sendiri-sendiri. "Yang paling populer memang format advertorial," ujar Erika.
Ritme pekerjaan AE dimulai dari mencari, menjajaki dan menghubungi perusahaan klien yang kemungkinan dapat diajak bekerja sama. Dalam hal menghubungi dan mendapatkan klien ini, setiap perusahaan memiliki standar sendiri-sendiri mengenai berapa jumlah klien baru yang wajib berhasil didapatkan setiap minggu. Setelah mendapatkan informasi tentang sebuah perusahaan klien baru misalnya, seorang AE idealnya mulai melakukan langkah-langkah untuk membuka jalur hubungan perusahaan tersebut. Di beberapa perusahaan, yang diwakili oleh agensi, biasanya mereka tinggal menunggu 'job' dari agensi tersebut. "Di perusahaan kami, seorang AE baru akan didampingi oleh AE senior dan mereka biasanya akan diajak apabila sang senior meeting dengan perusahaan klien. Kesempatan ini dapat digunakan AE baru tersebut untuk beradaptasi, observasi mengenai bagaimana cara berkomunikasi dan membawa diri di depan klien, di mana untuk ke depannya, mereka diharapkan dapat 'dilepas' sendiri," tambah Erika. Setelah lampu hijau didapat dari perusahaan klien, mereka masuk pada langkah membuat proposal materi untuk dipresentasikan di depan klien. Disinilah kemampuan menulis para AE akan diuji, selain juga bantuan dari tenaga kreatif di perusahaan mereka untuk mampu memberikan presentasi maksimal seputar grafis (untuk iklan display) dan materi visualisasi lainnya. Momen ini yang biasanyamenjadi final touch penentu keberhasilan seorang AE dalam menawarkan produk perusahaannya, apakah mereka berhasil meyakinkan perusahaan klien atau tidak. Untuk perusahaan media, dimana advertorial menjadi produk utama yang idealnya dipasarkan AE, AE juga biasanya akan turun tangan terhadap proses pembuatannya. "Pihak perusahaan memang bisa saja membuat sendiri advertorialnya, tapi biasanya hal ini sangat jarang, dan mereka biasanya lebih mempercayakan pengerjaan advertorial mereka kepada kami," ujar Erika.
Dalam pengerjaan advertorial, dimana biasanya format ini membutuhkan proses wawancara dengan beberapa pihak, tulisan akan dibuat oleh para copywriter, dengan didampingi oleh AE yang take in charge terhadap job project tersebut.
Tertarik menjadi seorang AE? Lulusan S1 yang bukan berasal dari latar belakang marketing pun sah-sah saja bila ingin melamar menjadi seorang AE. Bidang cakupan profesi ini, bila sewaktu-waktu Anda ingin banting setir mencoba profesi lain, juga cukup luas. Sebut saja menjadi seorang public relation atau tenaga humas sebuah perusahaan. Karena para AE diharapkan dapat menjalin dan mempertahankan hubungan baik dengan para klien mereka, kemampuan berkomunikasi mutlak diperlukan oleh mereka yang ingin menjajal kemampuan di bidang ini. Soal penampilan, sudah bukan rahasia lagi kalau insan-insan yang berkecimpung dalam dunia pemasaran, biasanya dituntut untuk selalu berpenampilan menarik. Tapi penampilan menarik bukan satu-satunya jaminan, karena kecerdasan, kesupelan dan kemampuan berkomunikasi yang baik sangat menentukan keberhasilan seorang AE di luar. B
Bagaimana dengan soal gaji? Cukup menggiurkan. Simak saja, seorang AE yang baru lulus S1, sangat mungkin mendapatkan gaji di atas Rp. 1 juta. Sementara untuk AE berpengalaman, standar gaji berkisar antara Rp. 1,5 ke atas. Dalam sejumlah perusahaan yang sudah punya nama besar, gaji antara Rp. 2 sampai dengan 3,5 juta, sangat mungkin didapatkan oleh seorang AE baru lulus, tentunya yang berprestasi. Berbicara mengenai sistem komisi, hal ini tergantung dari kebijaksanaan masing-masing perusahaan. Apakah mereka akan menetapkan standar komisi bagi para AE mereka, atau mengkalkulasinya langsung ke dalam gaji perbulan. Nah, tertarik untuk menjadi seorang Account Executive?
Sumber: Erika Oktoviani, Account Supervisor Kompas Gramedia
Sumber: CBN
"Jangan mengiklankan merek Anda, tapi hidupkan" - Phillip Kotler
Lanjut?
Sumber: Erika Oktoviani, Account Supervisor Kompas Gramedia
Sumber: CBN
"Jangan mengiklankan merek Anda, tapi hidupkan" - Phillip Kotler
Subscribe to:
Posts (Atom)