Pindah Agency ??? Why Not ???

Gak terasa udah hampir 3 tahun "berkubang" dalam dunia Agency/Full Service/Marketing Communication/dan sekarang Brand Communication ;-)

Udah begitu banyak masukan masukan , kritikan kritikan , yang didapat tapi tetap saja dan masih saja harus banyak belajar dari banyak hal.

ya, mungkin karena bisnis ini berkaitan dengan manusia, jadi "upgrading" nya pun harus secepat manusia mendapatkan sebuah informasi.

nah tugas kita sebagai adalah menyampaikan informasi (dari) client supaya diterima dengan baik ama calon customer, sehingga informasi ini bisa menjadi acuan customer untuk melakukan "action" terhadap apapun yang ingin di informasikan oleh client (jasa & produk).

jadi secara gak langsung kita telah menjadi jembatan sebuah "keputusan penting" (company-produk-customer). Bahasa elitnya kita adalah mitra/partner dari client yang kadang2 gak ngerasa kalau dia emang butuh kita (agency).

So, kita harus bener2 tau apa yang menjadi prioritas dari client untuk "saat ini" disamping itu kita juga harus udah nyiapin "kartu As" yang akan jadi "Hero" waktu client lagi bingung ;-)

ada beberapa hal yang mungkin bikin client "akan berpaling ke lain hati" :

1. Mandegnya kretivitas
Hal yang satu ini mungkin "item sakral" di sebuah agency,karena value yang mungkin bisa diambil oleh klient adalah "kretivitas". ya mungkin si client udah terlalu sibuk dengan hal "monoton" jadi udah gak ada tempat di otaknya untuk hal hal baru (Creative), atau mungkin si klient lebih merasa tau akan semua hal yang dibutuhkan ama produknya, "So Tell Me a Reason, Why I Need You For My Product" .... mungkin jawabnya karena kita bisa "membungkusnya" lebih cantik, eye catching, make desire, pendeknya karena kita lebih "KREATIF". So, kalo udah gak kretif mau jualan apa ????

2. Agency Fee nya "kegedean"
Sebutuh butuhnya klient akan hal yang kreatip, tetep aja dia harus ngecek isi kantongnya, cukup gak untuk bayarin seorang AE dan AD begadang semaleman mikirin eksekusi iklan TV untuk produknya. Sebutuhnya kita terhadap klient, kadang kita juga harus melihat sisi sisi lain selain sisi "Duit", meskipun gak disangkal sebuah agency bisa "Bernafas Panjang" dengan adanya suntikan Agency fee, apalagi Kadang kadang Perusahaan Agency beralih menjadi sebuah BPR (Badan Pengkreditan Rakyat)karena harus nalangin budget awal promo.
Karena itu mungkin Agency Yang Proporsional sangat dibutuhkan dalam sebuah bisnis agency, harus ada kata " Win win Solution" antara kedua pihak, supaya gak ada yang merasa di "tipu (udah mahal-tapi gak ada hasil)" atau merasa "kerja bakti (udah begadang eh tetep aja rugi)".

3. Kurang "dilayani"
Ya "pelayanan" atau Full Service Agency adalah hal yang membedaka kita dari supplier yang lebih bersifat "eksekutor". Kadang Client lebih memilih harga yang sedikit lebih mahal demi mendapatkan pelayanan yang optimal untuk memudahkan pekerjaan dia. kalau udah gak bisa kasih pelayanan, ya udah "ke laut aja".

4. Amatiran (Gak Profesional)
"Profesional" udah pasti harus untuk sebuah agency, supaya punya nilai jual tersendiri dimata client. Ibaratnya "Dirigen" hidup Produk si client kita semua yang ngatur, kapan harus pake nada tinggi kapan harus nada rendah (mulai dari kemasannya, messagenya, lokasinya, distribusinya) dengan harapan si client bisa tidur tenang, akhir bulan bisa langsung ngitung margin ..... Mimpi kali yeeee ;-)

5. Kebijakan Internal
Sometimes ada perusahaan yang harus ganti agency tiap tahun, alasannya untuk mencari "darah segar" (ide baru). kalau udah gini mau diapakan lagi, berarti kita juga harus minum "suplemen" terus, biar otak tetep encer (bikin concept), biar mulut tetep licin (gak blibet waktu jualan) Jadi waktu undangan pitching taunan diterima "DENGAN SEPENUH HATI KITA JAWAB" SIAAAAAPPPP !!!!!


"Jangan mengiklankan merek Anda, tapi hidupkan" - Phillip Kotler

Lanjut?

Little Child ...



Lucu ya 2 anak kecil ini (menurut aku lho ya! )
lagi gerimis didepan kantor, 2 anak kecil ini lewat dengan pakaian lengkap anti hujan (ponco)
sambil bercanda trus dikayuh sepedanya ...gak peduli hujan tambah deras ...tetep aja dikayuh sepedanya...bahkan mereka gak peduli waktu aku ambil fotonya ... sepertinya mereka hidup didunianya sendiri ...dunia anak kecil... ;-)

Ya dunia anak kecil emang asyik kalo di "explore" lebih dalam lagi ...
Martin Lindstrom mencoba menyapa para marketer dan mengenalkan lebih dalam tentang dunia anak kecil lewat bukunya "BRAND Child" ...

asyik ceritanya (aku anggap buku ini cerita dan bukan tulisan ilmiah)
semua tentang isi otak si anak yang kadang gak bisa dibaca, dirasa, diraba oleh orang lain, bahkan kedua orang tuanya ... dan mungkin hanya anak kecil sendiri yang tahu maksud dari apa yang sedang dipikirkannya ....

masih ingat kadang kita sering ngobrol sendiri dengan boneka barbie, saling hantam dengan miniatur super hero ... parahnya kadang kita bisa meniru semua apa yang kita lihat (waktu kecil) tanpa harus berpikir banyak, berpikir serumit orang dewasa .

So, mungkin dengan mencerna apa yang dipikirkan anak kecil, kita bisa mutusin (Marketers) produk apa yang cocok buat mereka, strategy yang tepat untuk mengkomunikasikan produk dan langkah langkah yang harus dibutuhkan untuk mempengaruhi si anak supaya si anak "merengek" ke ortu nya minta dibelikan produk yang kita propose (kan si anak belum punya pendapatan sendiri) .

Ok, semoga sekelumit pikiran ini bisa menjadi masukan buat kita semua yang lagi PeDeKaTe dengan Dunia Anak Kecil !!!


"Jangan mengiklankan merek Anda, tapi hidupkan" - Phillip Kotler

Lanjut?